Analisa Rasia Aktivitas, ROA dan ROI

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang membahas tentang Rasio Aktivitas, ROA dan ROI. Makalah ini disusun oleh kelompok Back Office yang terdiri dari :

Ketua               : Putri Wijayanti

Sekretaris         : Mahdini Novita

Bendahara       : Mailiana Putri

Anggota :

  • Lisa Puji Astuti
  • Mautia Ulfa
  • Meutia Nazhira
  • Muammar Rizki
  • Muhammad Irfan
  • Nanda Erweni
  • Putri Rahma
  • Putri Sila
  • Risa Septrianda
  • Rizki Wijaya

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

 

Tanjung Pura, 08 Oktober 2016

 

 

Back Office Group

 

 

DAFTAR ISI

 

Kata Pengantar                                                                                               i

Daftar Isi                                                                                                         ii

 

Bab I Pendahuluan                                                                                         1

  1. Latar Belakang Masalah 1
  2. Rumusan Masalah 2
  3. Tujuan Penulisan 2

 

Bab II Pembahasan                                                                                         3

  1. Pengertian Rasio Aktivitas 3
  2. Tujuan Rasio Aktivitas                                     3
  3. Jenis-jenis Rasio Aktivitas                                                 4
  4. Pengertian dan Rumus ROA dan ROI                                     8

 

Bab III Penutup                                                                                              14

  1. Kesimpulan 14
  2. Saran 15

 

Daftar Pustaka                                                                                                            16


BAB I

PENDAHULUAN

 

  1. Latar Belakang Masalah

Dalam makalah sebelumnya sudah membahas tentang menganalisis laporan keuangan dengan menggunakan metode rasio-rasio keuangan antara lain, rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas. Selanjutnya dalam pembuatan makalah ini akan melanjutkan pembahasan yaitu tentang rasio aktivitas, ROI dan ROA.

Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Return On Assets adalah kemampuan suatu perusahaan (aktiva perusahaan) dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan (EBIT) atau perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam persentase. Menurut Munawir (1195:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Rasio keuangan merupakan salah satu jenis alat ukur yang digunakan perusahaan untuk menganalisis laporan keuangan. Dengan menggunakan rasio keuangan, kita dapat mennganalisa baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu period eke periode berikutnya.

2. Rumusan Masalah

  • Apa pengertian rasio aktivitas?
  • Apa tujuan rasio aktivitas?
  • Apa saja jenis-jenis rasio aktivitas?
  • Apa pengertian dan Bagaimana rumus ROA dan ROI?

3. Tujuan Penulisan

  • Mengetahui pengertian rasio aktivitas.
  • Mengetahui tujuan rasio aktivitas.
  • Mengetahui jenis-jenis rasio aktivitas.
  • Mengetahui pengertian dan Bagaimana rumus ROA dan ROI.

 

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio untuk mengukur likuiditas aktiva tertentu dan efisiensi pengelolaan asset.[1]

Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Rasio ini merupakan ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti penjualan, penagihan piutang, pengelolaan persediaan, pengelolaan modal kerja, dan pengelolaan dari seluruh aktiva.[2]

Tujuan Rasio Aktivitas

Tujuan dari analisis rasio inidalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya seperti mengetahui apakah aktivitas dalam pengontrolan piutang sudah maksimal atau belum, kemudian apakah manajemen persediaan sudah maksimal atau belum

Jadi, melalui rasio ini, perusahaan dapat mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan oleh operasional perusahaan sudah maksimal atau belum.

Dari penjabaran singkat diatas, dapat kita simpulkan bahwa dari Rasio Keuangan sebagai salah satu alat atau tools dalam mengukur keuangan perusahaan, kita dapat mengethaui kondisi dari fusngsi – fungsi strategis perusahaan dan sangat penting perananannya dalam menentukan pengambilan kebijakan perusahaan baik untuk masa sekarang atau masa depan perusahaan.[3]

2. Jenis-Jenis Rasio Aktivitas

a. Rasio Perputaran Persediaan

  • lnventory Turn Over

lnventory Turn Over = Harga Pokok Persediaan / Persediaan

Rasio ini menunjukkan berapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, semakin cepat dana yang tertanam dalam persediaan berputar kembali menjadi uang kas.

Jika perusahaan mempunyai rasio 5X, artinya dalam 1 tahun persediaan perusahaan berputar sebanyak 5 X.[4]

  • lnventory Days ln Hand
lnventory Days In Hand = 360 / inventory turn over

 

Rasio ini menunjukkan berapa lamanya perse-diaan disimpan sebelum dijual.

Jika perusahaan mempunyai rasio 72 hari, artinya rata-rata persediaan tersimpan sebelum dapat dijual selama 72 hari.

Rasio persediaan merupakan indikator perusahaan dalam mengelola persediaan yang dimiliki. Perputaran persediaan dapat menunjukkan jenis usaha perusahaan. Misalnya, perusahaan perdagangan consumer goods mempunyai perputaran usaha dan persediaan yang relatif cepat jika dibandingkan dengan perusahaan perdagangan jam mewah. Apabila perusahaan mempunyai perputaran usaha yang lambat jika dibandingakan dengan industrinya, hal itu dapat mengindikasikan bhwa ada barang yang tidak lalcu atau ada penumpukan barang

b. Rata-Rata Pencairan Piutang

  • Account Receivable Tum Over

Rasio ini menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat berputar dalam setahun. Rasio ini seharusnya membandingkan penjualan kredit (tidak termasuk penjualan tunai) dengan piutang usaha. Namun, dalam kondisi yang ada kita sering sulit mendapatkan informasi hanya mengenai penjualan kredit sehingga yang digunakan adalah total penjualan.

Account Receivable Tum Over = penjualan bersih / piutang usaha

Piutang Usaha Jika perusahaan mempunyai rasio 6X, artinya dalam 1 tahun piutang usaha berputar sebanyak 6 kali.[5]

  • Account Receivable ln Days (Average Collection Period)
Account Receivable In Days = 360 / Account Receivable Turn Over

Rasio ini menunjuldcan berapa lama piutang usaha dapat tertagih. Atau, dengan kata lain, rasio ini menunjukkan lamanya waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk mengubah piutang menjadi uang tunai.

Jika perusahaan mempunyai rasio 60, artinya rata-rata penagihan piutang berjalan atau dilakukan selama 60 hari. Rasio ini sering dikaitkan dengan credit tenn perusahaan. Apabila perusahaan memberikan credit terrn selama 2 bulan, penagihan piutang dapat dilakukan tepat waktu. Namun, apabila perusahaan memberikan credit terrnselama 1 bulan sedangkan rata-rata penagihan selama 60 hari (2 bulan), manajemen perusahaan harus segera melakukan analisis dan melakukan tindakan mengenai penagihan piutang.

c. Perputaran Hutang Dagang

  • Account Payable Tum Over

Rasio ini menunjukkan berapa kali utang usaha dapat berputar dalam setahun. Rasio ini seharusnya membandingkan pembelian kredit (tidak termasuk pembelian tunai) dengan utang usaha. Namun, dalam kondisi yang ada kita sering sulit mendapatkan informasi hanya mengenai pembelian kredit sehingga yang digunakan adalah harga pokok penjualan (HPP). Selain itu, sering juga digunakan penjualan bersih bukan HPP. Perhitungan ini menjadi bias karena nilai penjualan sudah termasuk profit yang diperoleh perusahaan sedangkan nilai persediaan yang dicatat dalam neraca ditetapkan atas dasar biaya.

Account Payable Turn Over = Harga Pokok Penjualan / Hutang Usaha

Atau

Account Payable Turn Over = Jumlah Pembelian / Hutang Usaha

Jika perusahaan mempunyai rasio 6,25 X, artinya dalam 1 tahun utang usaha berputar sebanyak 6,25 kali.

  • Account Payable ln Days
Account Payable In Days = 360 / Account Payable Turn Over

Ratio ini menunjukkan berapa lama utang usaha dilunasi oleh perusahaan.

Jika perusahaan mempunyai rasio 58, artinya rata-rata pembayaran utang usaha dilalukan selama 58 hari.

Apabila perputaran utang usaha mengalami penurunan, kemungkinan perusahaan memanfaatkan cash discount yang diberikan oleh pemasok. Atau bahkan, perusahaan sudah tidak mendapatkan kepercayaan dari pemasok sehingga perusahaan harus melakukan pembayaran tunai atau credit term-nya dipercepat. Sebaliknya, apabila perputaran usaha mengalami peningkatan, kemungkinan perusahaan mendapat kepercayaan dari pemasok dengan memperpanjang credit terrn. Atau bahkan sebaliknya, perusahaan mengalarni kesulitan likuiditas sehingga menunda pembayaran ke pihak supplier.

Kondisi di atas menunjukkan bahwa perputaran utang usaha yang menjadi lebih cepat tidak menun-jukkan lcinerja perusahaan semakin membaik atau sebaliknya. Namun, perlu dilakukan analisis lebih lanjut atas usaha perusahaan.[6]

  • Working Capital Turn Over
Working Capital Turn Over = Penjualan bersih / (Aktiva Lancar-Hutang Lancar)

Rasio ini menunjukkan kemampuan modal kerja yang berputar dalam suatu siklus kas (cash cycle) dari perusahaan.

Jika perusahaan mempunyai rasio 4,8 X, hal itu menunjukkan bahwa dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 4,8 kali dalam setahun.

Antara penjualan dan modal kerja terdapat hubungan yang erat. Apabila penjualan meningkat yang pada umumnya disertai oleh peningkatan kebutuhan modal kerja yang seiring dengan meningkatnya nilai persediaan dan piutangnya, maka rasio ini dapat pula menunjukkan jumlah rupiah dari penjualan bersih yang diperoleh bagi setiap rupiah modal kerja. Dari hubungan tersebut dapat diketahui apakah perusahaan bekerja dengan modal kerja yang tinggi atau tidak. Perputaran modal kerja yang tinggi diakibatkan oleh rendahnya modal kerja yang tertanam dalam persediaan dan piutangnya. Hal itu dapat pula disebabkan oleh banyaknya utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo sebelum persediaan dan piutangnya berubah menjadi uang, begitu pula sebaliknya.

  • Asset Tum Over

Ratio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset/ investasi untuk meng-hasilkan penjualan.

Assets Turn Over = Penjualan Bersih / Total Aktiva

Jika perusahaan mempunyai rasio 1,46 X, hal itu menunjukkan bahwa perusahaan mampu memutar setiap aset Rp1,00 sebanyak 1,46 kali dalam penjualan. Secara umum, semalcin besar rasio ini, akan semakin bagus hasilnya karena rasio itu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mengelola aset. [7]

  • Net fixed Asset Tum Over

Ratio ini menunjuklcan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh alctiva tetap bersih untuk menghasilkan penjualan.

Net Fixed Asset Turn Over =Penjualan Bersih / Total Aktiva Tetap

Jika perusahaan mempunyai rasio 3,33 X , hal itu berarti bahwa perusahaan mampu memutar setiap aktiva tetap bersih Rp1,00 sebanyak 3,33 kali dalam penjualan.

Dalam mengadakan analisis rasio secara vertikal mengenai perputaran aktiva ini, perusahaan perlu sangat berhati-hati karena dalam kenyataannya tidak ada dua perusahaan di dalam satu industri yang sama atau yang benar-benar identik. Artinya, tidak ada dua perusahaan yang mernilild komposisi dan jenis mesin yang sama, begitu pula dalam tingkat produlctivitas dan tenaga kerjanya. Oleh karena itu, analisis horizontal atau time series analyses lebih baik untuk digunakan.[8]

3. Pengertian ROA dan ROI

a. Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis.[9]

Laba atas Aset merupakan rasio keuangan yang merepresentasikan seberapa efektif aset perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Rasio ini memberikan informasi besarnya laba yang diperoleh dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Laba bersih adalah laba setelah bunga dan pajak, atau earning after interest and tax.

Total asset merupakan modal dari pinjaman dan modal sendiri. Jadi pada dasarnya rasio ini menunjukkan laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri dan modal pinjaman. Formula untuk menghitung rasio Return on Assets, ROA, adalah sebagai berikut:

ROA = Laba bersih / Total Assets

Dari formulanya diketahui bahwa Return on Assets, atau ROA menunjukkan besarnya pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan dari seluruh asset yang dimilikinya. Nilai rasio 0,25 atau 25 persen menunjukkan bahwa perusahaan mampu menghasilkan laba bersih yang nilainya 25 persen dari total asetnya.

Misalnya ROA = Laba Bersih Rp 979,000,000 / Total Aktiva Rp 10,715,000,000 = 9.1%, artinya untuk setiap Rp 1 Aset yang digunakan, perusahaan hanya mampu menghasilkan Rp 0.091 Laba Bersih. Bisa juga dikatakan, perusahaan hanya mampu menghasilkan Laba Bersih 9.1% dari total Aset yang digunakan.

Semakin besar nilai rasionya, maka semakin besar dana yang dapat dikembalikan dari total asset perusahan menjadi laba. Artinya semakin besar laba bersih yang diperoleh perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan tersebut.[10]

  • Kegunaan Return On Assets (ROA)

Kegunaan Return On Assets (ROA) menurut Almilia dan Herdiningtyas (2005) adalah sebagai berikut :

“Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil.”

Kegunaan Return On Assets (ROA) menurut Yuliani (2006) adalah sebagai berikut :

“ROA menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income dari pengelolaan aset yang dimiliki.”

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa kegunaan Return On Assets (ROA) antara lain adalah untuk manajemen bank dalam memperoleh keuntungan dengan mengelola aset yang dimilikinya.

  • Kelebihan dan Kelemahan ROA
  1. Keunggulan ROA (Return On Asset)
  • ROA merupakan pengukuran yang komprehensif dimana seluruhnya mempengaruhi laporan keuangan yang tercermin dari rasio ini.
  • ROA mudah dihitung, dipahami, dan sangat berarti dalam nilai absolut.
  • ROA merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha.
  1. Kelemahan ROA
  • Pengukuran kinerja dengan menggunakan ROA membuat manajer divisi memiliki kecenderungan untuk melewatkan project-project yang menurunkan divisional ROA, meskipun sebenarnya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan ecara keseluruhan.
  • Manajemen juga cenderung untuk berfokus pada tujuan jangka pendek dan bukan tujuan jangka panjang.
  • Sebuah project dalam ROA dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, tetapi project tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang. Yang berupa pemutusan beberapa tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan pengguaaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas produk dalam jangka panjang.

 b. Return On Investment (ROI)

ROI (singkatan bahasa Inggris: return on investment) atau ROR (singkatan bahasa Inggris: rate of return) – dalam bahasa Indonesia disebut laba atas investasi – adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Jumlah uang yang diperoleh atau hilang tersebut dapat disebut bunga atau laba/rugi. Investasi uang dapat dirujuk sebagai aset, modal, pokok, basis biaya investasi. ROI biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan bukan dalam nilai desimal.

ROI tidak memberikan indikasi berapa lamanya suatu investasi. Namun, ROI sering dinyatakan dalam satuan tahunan atau disetahunkan dan sering juga dinyatakan untuk suatu tahun kalendar atau fiskal.

ROI digunakan untuk membandingkan laba atas investasi antara investasi-investasi yang sulit dibandingkan dengan menggunakan nilai moneter. Sebagai contoh, suatu investasi senilai 1000 rupiah yang menghasilkan bunga 50 rupiah jelas memberikan lebih banyak uang daripada investasi senilai 100 rupiah yang memberikan bunga 20 rupiah. Tapi investasi 100 rupiah memberikan ROI yang lebih besar.[11]

Menurut Munawir (1195:89) ROI (Return On Investment) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Besarnya ROI dipengaruhi oleh dua faktor :

  1. Tingkat perputaran aktiva yang digunakan untuk operasi
  2. Profit Margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam prosentase dan jumlah penjualan bersih. Profit Margin ini mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya.

Menurut Abdullah Faisal (2002:49) ROI ini sering disebut Return On Total Assets dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan keseluruhan aktiva yang dimilikinya.

Menurut Abdullah (2002:50) kelebihan ROI antara lain:

  • Selain ROI berguna sebagai alat control juga berguna untuk keperluan perencanaan. ROI dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan ekspansi.
  • ROI dipergunakan sebagai alat ukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan biaya dapat dialokasikan ke dalam produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung masing-masing.
  • Kegunaan ROI yang paling prinsip adalah berkaitan dengan efisiensi penggunaan modal, efisiensi produk dan efisiensi penjualan. Hal ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik akutansi secara benar dalam artian mematuhi sistem dan prinsip-prinsip akutansi yang ada.

Menurut Abdullah (2002:51) kelemahan ROI antara lain:

  • Mengingat praktek akutansi dalam perusahaan seringkali berbeda maka kelemahan prinsip yang dihadapi adalah kesulitan dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
  • Dengan menggunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak dapat dipakai untuk membandingkan dua perusahaan atau lebih dengan memperoleh hasil yang memuaskan.

Cara menghitung ROI : Secara sederhana Return On Investment (ROI) dapat didefinisikan sebagai sebuah perhitungan yang memungkinkan suatu usaha untuk menentukan jumlah usaha yang diterima dari penanaman sejumlah modal yang berupa uang atau sumber daya. Persamaan yang biasa digunakan untuk menghitung laba atas investasi ialah

ROI = (laba atas investasi-investasi awal)/ investasi x (100)

Cara mudah menghitung Return On Investment (ROI):

  1. Hal pertama yang harus Anda lakukan ialah memperoleh informasi dasar yang diperlukan, yaitu laba atas investasi.
  2. Selanjutnya ialah Anda harus mengetahui apa saja yang menjadi investasi awal. Investasi awal diasumsikan meliputi uang yang dibelanjakan dan waktu yang dihabiskan karyawan.
  3. Kini Anda dapat memulai untuk membuat persamaan.
  4. Setelah memastikan persamaan tersebut terisi dengan benar, Anda dapat menghitung ROI.

Sebuah contoh kasus:

Perusahaan A berinvestasi sebesar Rp 500 juta dalam sebuah usaha peluncuran produk baru. Setelah peluncuran produk itu, perusahaan A menerima jumlah penjualan sebesar 900 buah. Jumlah dana dari penjualan baru yang mencapai angka Rp 600 juta.

Langkah pertama yaitu menemukan jumlah laba atas investasi yang sebesar Rp 100 juta. Langkah kedua ialah dengan mengetahui jumlah investasi awal Rp 500 juta. Langkah ketiga yaitu menyusun persamaannya:

laba atas investasi = ((Rp 600 juta – Rp 500 juta)/ Rp 500 juta) x 100 = 20%

Seringkali kita hanya berfokus pada margin keuntungan atas produk atau jasa, akan tetapi kita seharusnya juga menghitung ROI secara akurat untuk mendapatkan kepastian dan keyakinan bahwa usaha yang dijalankan mampu terus berkembang. Dalam menjalankan bisnis, seorang entrepeneur harus memperhatikan jumlah dana yang harus diinvestasikan dalam mencapai target penjualan, jumlah margin keuntungan yang diperoleh dan bagian dari margin keuntungan tersebut yang akan digunakan untuk mengembangkan bisnis. Apabila investasi yang dilakukan hanya menghasilkan margin keuntungan yang sedikit, maka usaha tersebut akan mengalami kesulitan untuk berkembang di masa yang akan datang dan bahkan dalam jangka panjang akan mengalami kegagalan.[12]

 

 

BAB III

PENUTUP

 

  1. Kesimpulan

Rasio Aktivitas adalah rasio yang menunjukkan keefektifan sebuah perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa efisien perusahaan dapat memanfaatkan dan mengelola sumber daya yang dimiliki perusahaan.

Tujuan dari analisis rasio ini adalah untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya seperti mengetahui apakah aktivitas dalam pengontrolan piutang sudah maksimal atau belum, kemudian apakah manajemen persediaan sudah maksimal atau belum

Jadi, melalui rasio ini, perusahaan dapat mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan oleh operasional perusahaan sudah maksimal atau belum.

Rasio aktivitas terdiri dari:

  1. Rasio Perputaran Persediaan
  2. lnventory Turn Over
  3. lnventory Days ln Hand
  4. Rata-Rata Pencairan Piutang
  5. Account Receivable Tum Over
  6. Account Receivable ln Days (Average Collection Period)
  7. Perputaran Hutang Dagang
  8. Account Payable Tum Over
  9. Account Payable ln Days
  10. Working Capital Turn Over
  11. Asset Tum Over
  12. Net fixed Asset Tum Over

Return on Asset (ROA) adalah salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan total aktiva yang ada dan setelah biaya-biaya modal (biaya yang digunakan mendanai aktiva) dikeluarkan dari analisis. Formula untuk menghitung rasio Return on Assets, ROA, adalah sebagai berikut:

ROA = Laba bersih / Total Assets

ROI (singkatan bahasa Inggris: return on investment) atau ROR (singkatan bahasa Inggris: rate of return) – dalam bahasa Indonesia disebut laba atas investasi – adalah rasio uang yang diperoleh atau hilang pada suatu investasi, relatif terhadap jumlah uang yang diinvestasikan. Persamaan yang biasa digunakan untuk menghitung laba atas investasi ialah

ROI = (laba atas investasi-investasi awal)/ investasi x (100%)

 

  1. Saran

Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalh ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis berharap kritik dan saran dari para pembaca agar makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan.

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Sugiono, Arief dan Edy Untung. Panduan Praktis Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2008.

Sugiono, Arief. Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan. Jakarta: PT Grasindo, 2009.

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuangan-aktivitas-aktivity-ratio/.

http://pengusahamuslim.com/4396-seberapa-penting-rasio-keuangan-dalam-bisnis.html.

http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/return-on-asset-roa.html.

https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/rasio-return-on-investment-roi/.

https://id.wikipedia.org/wiki/ROI, diunduh hari senin, 3/10/2016.

http://forum.detik.com/pengertian-roi-return-on-investment-t385600.html.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

[1] Arief Sugiono dan Edy Untung, Panduan Praktis Analisa Laporan Keuangan (Jakarta: Universitas Atma Jaya, 2008), h. 60.

[2] https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/analisis-rasio-keuangan-aktivitas-aktivity-ratio/, diunduh hari senin, 3/10/2016.

[3] http://pengusahamuslim.com/4396-seberapa-penting-rasio-keuangan-dalam-bisnis.html, diunduh hari senin, 3/10/2016.

[4] Arief Sugiono, Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan (Jakarta: PT Grasindo, 2009), h. 73.

[5] Ibid., h. 74.

[6] Ibid., h. 76.

[7] Ibid., h. 77.

[8] Ibid., h. 78.

[9] http://ekonomi.kabo.biz/2011/11/return-on-asset-roa.html, diunduh hari senin, 3/10/2016.

[10] https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-keuangan-manajemen-keuangan/analisis-rasio-keuangan-perusahaan/rasio-return-on-investment-roi/, diunduh hari senin, 3/10/2016.

[11] https://id.wikipedia.org/wiki/ROI, diunduh hari senin, 3/10/2016.

[12] http://forum.detik.com/pengertian-roi-return-on-investment-t385600.html, diunduh hari senin, 3/10/2016.

 

Tinggalkan komentar